(10 Mar 2025 | 18:39)

Menikmati lezatnya hidangan Al Qur'an

Menurut Abdullah bin Abbas ra, seorang sahabat yang sangat terkenal kompetensinya dalam memahami Al Quran berkah do'a dari Rasulullah saw, seorang sahabat yang menjadi kebanggaan dan penasehat Khalifah Umar bin Khaththab ra terkait penafsiran Al Quran  di usia 16 tahun, bahwa Al Quran itu diturunkan melalui dua  tahap ;

*Pertama, dari Allah SWT kepada Malaikat Jibril as, dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di Langit Dunia*

Dalam tahap ini Al Quran diturunkan sekaligus pada suatu malam yang disebut Lailatul Qodar sebagaimana Firman Allah SWT QS. Al Qodr ayat 1.

"Sesungguhnya Kami (Allah SWT) telah menurunkannya (Al Quran) pada malam Lailatul Qodar"

Sebenarnya sebelum dilewati Al Quran, malam itu malam biasa seperti malam-malam yang lainnya, tidak punya nama, belum dikenal, belum dicintai, belum dicari, belum dirindukan oleh siapa pun. Namun setelah malam itu dilewati Al Quran, malam itu punya nama dan derajat tinggi yaitu Malam Lailatul Qodar, malam yang lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun, lebih baik bukan sama lho. Dengan kemuliaan itulah, Rasulullah saw mengajak keluarga dan umatnya untuk mencintai malam itu, merindu dan mencarinya pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir Bulan Ramadhan. 

Masya Allah, sungguh benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya riwayat Imam Muslim dari Umar bin Khaththab ;

"sesungguhnya Allah SWT meninggikan derajat suatu kaum dengan Kitab Al Quran ini, juga merendahkan derajat suatu kaum dengan Kitab Al Quran"

Abdullah bin Mas'ud ra  yang rendah status sosialnya pada waktu itu, sang pengembala kambing milik majikannya dengan upah sebagai imbalan, menjadi mulia karena Al Quran. Namanya muncul dalam deretan sanad yang harus disebut ketika orang ingin mengambil bacaan Al Quran dari Rasulullah saw. 

*Kedua, dari Baitul Izzah di Langit Dunia ke Bumi,  dari Malaikat Jibril as kepada Rasulullah saw.*

Dalam tahap kedua ini, Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Diawali Surat Al Alaq ayat 1-5 pada Bulan Ramadhan, di hari bertemunya dua pasukan (orang beriman dan orang kafir Mekkah) yaitu Perang Badar, 17 Ramadhan. Setelah itu, ayat turun sewaktu-waktu sesuai problematika umat yang dihadapi oleh Rasulullah saw dan kaum muslimin. 

Turunnya Al Quran pertama kali ke bumi pada tanggal 17 Ramadhan inilah yang diperingati sebagai Nuzulul Quran. 

Sebelum langit dunia dilalui Al Quran, Bangsa Jin yang tinggal di Bumi dengan dimensi yang berbeda dengan manusia tentunya, sering naik ke langit untuk mencuri dengar (jawanya nguping) dialog antara Allah SWT dengan para malaikat terkait amanah yang harus diembannya di bumi (taqdir). Kemudian Jin  membocorkan taqdir tersebut pada ahli sihir  dikaitkan dengan ajaran mantra sihir yang dibuat Jin itu sendiri. Bacalah ini itu, maka akan terjadi begini begitu, padahal hal itu terjadi karena memang sudah ditaqdirkanNya, bukan karena ajaran mantra sihir Jin tersebut. 

Setelah Al Quran turun dari langit dunia ke bumi ini, bangsa Jin sudah tidak bisa naik ke langit untuk mencuri dengar lagi, langit dijaga oleh Allah SWT dengan kuatnya, langit dipenuhi malaikat-malaikat yang kuat, dan ada bola api. Sehingga ketika Jin memberanikan diri naik ke langit untuk mencuri dengar, pasti terbakar. Hal ini Allah SWT informasikan dalam QS. Jin ayat 8;

"dan sesungguhnya kami (Jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan (malaikat) dan panah-panah api"

Al Quran benar-benar bisa menjadi ruqyah  bagi  orang beriman, senjata dari gangguan Jin. 

Masya Allah, Allahu Akbar, luar biasa, sungguh mempesona dan menakjubkan Al Quran ini. 

Kalau diumpamakan hidangan, tidak ada hidangan yang lebih lezat dan nikmat dari Al Quran. Kalau diumpamakan surat cinta, sungguh tidak ada surat cinta yang cintanya sangat tulus dan indah mempesona melainkan Al Quran. 

Ketika kita menghadiri undangan Walimah Nikah dengan beberapa menu yang kita sukai, tentu kita memilih apa yang kita sukai, tidak cukup 1 menu. Makan kita pun nikmat sekali.

Pernah kan, kita makan menu favorit tidak terasa nikmat karena faktor sakit gigi, sari awan, sakit kepala, dll. 

Demikianlah Al Quran hidangan Allah SWT terbaik ini, semestinya hati dan kulit kita bergetar, tersentuh dengan isi kandungannya, tak terasa air mata berjatuhan, menangislah diri ini, takut akan adzab neraka dan sangat berharap akan surga. 

Lalu mengapa hati kita tak terasa apa-apa ketika membaca atau mendengar Al Quran. 

Sebabnya ada 4, diantaranya ;

1.Gelapnya hati karena dosa

Hati yang gelap karena dosa dalam Al Quran dan hadits Rasulullah saw disebut Rona, sebagaimana Firman Allah SWT QS. Al Muthoffifin ayat 14.

Disebut juga hati yang sakit atau mati. Hati yang gelap, hati yang kotor ini hanya bisa dibersihkan dengan Taubatan Nasuhah dan amal kebaikan. 

2.Gelapnya hati dan akal karena kebodohan

Kebodohan itu membuat seseorang tidak merasakan apa-apa dari ayat Al Quran yang dibaca atau didengarnya. Solusinya tentu belajar terjemah lafdziyyah tafsiriyyah, memahami  tafsirnya. 

3.Kurang kuat dalam mentadabburi

Walaupun sudah mengetahui terjemah lafdziyyah tafsiriyyah dan tafsirnya belum tentu seseorang bisa menikmati lezatnya hidangan Al Quran, tergantung kemauan dan kemampuan dalam mentadabburinya. 

Menurut Syeikh Kholid bin Abdul Karim dalam  kitabnya Mafatih Tadabburil Quran wa Najahi fil Hayati menjelaskan bahwa dalam mentadabburi Al Quran dibutuhkan bersatunya antara hati dan fikir ketika membaca Al Quran. 

Boleh kita berhenti sejenak menghayati dan merenungkan apa yang barusan kita baca, sampai ada rasa di hati, gemetar, takut dan harap, menangis, bersegera mengamalkan dalam kehidupan. 

Inilah nikmat lezatnya hidangan Al Quran. 

Jika ada ayat yang kita  bisa menikmati seperti itu, maka ulanglah berkali-kali, demikian yang ditulis oleh Syeikh Khalid sebagai kunci ke-7 dari 10 kunci mentadabburi Al Quran yaitu Tikrorul Ayat. 

4.Bolak baliknya hati

Hati itu bolak balik, dan hanya Allah SWT yang menggenggam dan mengendalikannya. 

Walaupun kita bisa mentadabburi suatu ayat hari ini, belum tentu besuk bisa mengulang kembali, karena hati itu selalu bergerak, bolak balik. Oleh karena itulah penting bagi kita untuk berdoa kepada Dzat yang menggenggam hati kita, agar kita senantiasa diberi kenikmatan, kenikmatan bisa menikmati lezatnya hidangan Al Quran. 

Semoga kajian ini bermanfaat bagi diri saya, menjadi amal jariyyah gurunda Prof. Dr. Muh. Roem Rowi, MA dan Ust. M. Taufik AB, para guru yang menjadi perantara sampainya hidayah ini, juga semoga bermanfaat bagi pembaca di manapun berada. 

Ust. Kasuwi, S. Pd. (disampaikan kepada guru SMP Al Hikmah Surabaya (Taushia Ramadhan, Senin 10 Ramadhan 1446 H)